Upaya mencari sebuah solusi
Oleh : SAIFUL HIKMAH, WNM
 |
Nayaka Budidharma |
 |
Atika Ningtias |
Perjuangan pengurus PERCASI Kota Malang periode 2014 – 2018 untuk
menorehkan prestasi pada Kejorprov catur di Lamongan tahun 2015 masih
mendapatkan kendala. Kota Malang hanya menduduki peringkat IV setelah Surabaya,
Sidoarjo dan Pacitan dengan perolehan 1 medali Emas yang diraih oleh Nayaka
Budidharma pada kelompok Yunior F Putra,
2 medali Perak yang diraih oleh Atika
Ningtias pada kelompok Yunior A Putri
 |
Ade Kharismatul |
dan Ade Kharismatul pada kelompok Yunior
D Putri serta 2 medali Perunggu yang diraih oleh Kurnia Robi Firdaus pada
kelompok Yunior B Putra dan Titah Gayatri pada kelompo G Putri.
Hal ini harus menjadi catatan penting sekaligus pelajaran bagi PERCASI
Kota
Malang, akan tetapi dinamika
perkembangan catur di daerah lain juga tidak bisa diabaikan begitu saja.
Berangkat dari permasalahan tersebut, PERCASI Kota Malang harus mencari
formulasi pembinaan yang tepat agar pembinaan tetap berjalan dan prestasi dapat
diraih tanpa harus menafikan perkembangan atlit daerah lain.
 |
Kurnia Robi Firdaus |
Malang sebagai acuan pembinaan atlit catur Kota Malang. Potensi dan prestasi
catur Kota Malang sebenarnya tidak kalah dengan daerah lain di tingkat provinsi
 |
Titah Gayatri |
Mempersiapkan atlit sejak dini merupakan kunci kesuksesan suatu
pembinaan, tetapi untuk mencapai target tersebut diperlukan kerjasama berbagai
pihak yang terkait. Komunikasi antara pengurus, wali atlit, paguyuban wali
atlit, pelatih, atlit serta pemerhati catur harus terus menerus dilakukan agar pembinaan
atlit dapat dilakukan secara terkordinasi untuk meningkatkan pengetahuan (baik
teori maupun praktik), pengalaman dan juga prestasi.
Pembinaan atlit catur Kota Malang selama ini memang telah dilakukakan
oleh beberapa klub, pelatih-pelatih yang memberikan privat, maupun ekstra
kurikuler di sekolah-sekolah yang punya perhatian khusus terhadap olahraga
catur. Akan tetapi masih diperlukan terobosan lain untuk meningkatkan kualitas (metode
dan materi) dan kuantitas (wadah berupa klub/sekolah) latihan serta kesempatan
bertanding sebagai ajang uji coba kemampuan untuk mengevaluasi hasil latihan.
Dari segi atlit, Kota Malang memiliki banyak bibit dan potensi baik
yang sudah tergali maupun belum, hal ini terlihat dari antusiasnya sekolah
untuk mengirimkan atlit pada setiap kegiatan seleksi maupun turnamen. Potensi
ini kalau kita gali dan kita pupuk terus menerus tidak mustahil suatu saat akan
muncul lebih banyak lagi atlit catur berprestasi dari Kota Malang. Sosialisasi
dan kerjasama dengan sekolah-sekolah harus terus dilakukan untuk memberikan
peluang bagi siswa-siswinya yang mempuanyai prestasi catur untuk mengukir
prestasi yang lebih tinggi. Pemahaman beberapa pihak termasuk wali atlit dan
lembaga pendidikan selama ini yang menganggap bahwa catur adalah sekedar
olahraga hobi harus sedikit demi sedikit kita rubah, kita coba beri pemahaman
yang sebenarnya bahwa catur merupakan olahraga prestasi dan tidak beda dengan
olahraga prestasi lainnya yang apabila digeluti dengan sungguh-sungguh akan
membawa manfaat positif bagi atlit itu sendiri.
Permasalah lain dari atlit catur utamanya kelompok yunior adalah
kurangnya keinginan yang kuat serta motivasi berprestasi sehingga tidak
maksimalnya waktu mereka untuk berlatih. Hal ini dapat dimaklumi disebabkan
banyaknya aktifitas dan kesibukan lain mereka disamping berlatih catur.
Banyaknya pilihan aktifitas dan kegiatan lain dan tugas sekolah yang menumpuk
yang menghabiskan waktu serta momok Ujian Nasional menjadi pertimbangan tersendiri
bagi atlit yunior. Kalaupun mereka melilih catur sebagai sarana untuk mengukir prestasi,
maka mereka tetap akan dihadapkan pada pilihan antara prestasi akademik atau
olahraga.
Salah satu keuntungan Kota Malang karena beberapa Sekolah dan Perguruan
Tinggi favorit ada di Kota Malang, hal ini menyebabkan banyaknya atlit catur
yang statusnya pelajar atau mahasiswa yang berdomisili di Kota Malang yang
menyebabkan semakin berkembangnya dinamika catur, bahkan ada yang menetap di
Kota Malang dan akhirnya menjadi atlit Kota Malang.
Salah satu hal yang perlu ditingkatkan frekwensinya adalah
kesempatan atau ajang untuk menguji
kemampuan atlit catur Kota Malang, Kejuaraan ataupun turnamen harus
diselenggarakan sebanyak mungkin. Beberapa turnamen yang pernah diselenggarakan
selama ini baik di Kota Malang maupun di luar Kota Malang masih dirasa kurang.
Kesempatan bertanding harus diberikan sebanyak mungkin dalam rangka mengasah
kemampuan serta melatih mental tanding. Kurangnya donator atau sponsor menjadi
kendala tersendiri bagi terselenggaranya kegiatan turnamen. Beberapa Perguruan
Tinggi di Kota Malang mencoba menyelenggarakan turnamen catur diantaranya
Brawijaya, UIN, Unmuh, Unmer dan Univ. Kanjuruhan tetapi masih belum memberikan
dampak yang berarti bagi pembinaan catur di Kota Malang.
Tanpa mengabaikan proses pembinaan catur di Kota Malang yang selama
ini sudah berjalan baik, Sekolah catur merupakan wadah yang ideal untuk
mewujudkan kondisi ideal agar pembinaan dan pelatihan catur dapat dilakukan
secara maksimal. Hanya saja untuk mewujudkan sekolah catur harus didukung oleh
berbagai pihak termasuk ketersediaan sarana prasarana serta dana yang memadai.
Langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut diupayakan suatu pilot proyek
sebagai ajang uji coba, bisa dengan cara menetapkan salah salah klub yang lebih
banyak memiliki atlit yunior atau yang pembinaan atlit yuniornya sudah jalan.
Akan tetapi masih tetap dibutuhkan kesediaan dari berbagai pihak untuk membantu
mewujudkan pola pembinaan dan pelatihan yang ideal yang harus dibicarakan
bersama dan keikhlasan dari pelaksana pilot proyek tersebut untuk menata
kembali proses pembinaan dan pelatihannya.
Kendala dana merupakan kendala klasik dan dirasakan oleh semua pihak,
akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mencapai prestasi juga
membutuhkan biaya. Ketersediaan donator serta dana yang terbatas menjadi salah
satu kendala untuk perkembangan pembinaan atlit catur, karena bagaimanapun
sarana dan prasarana tetap dibutuhkan dan jasa serta jerih payah atlit, pelatih
dan penyelenggara tetap harus dihargai. Semakin profesioanal pengelolaan suatu
organisasi niscaya akan membutuhkan cost yang lebih banyak, bukan hanya sekedar
sebagai pengganti jerih payah akan tetapi sebagai penghargaan terhadap kinerja
yang telah dicapai.
PERCASI Kota Malang selama ini hanya mengandalkan anggaran rutin dari
induk cabang olahraga yaitu KONI Kota Malang, untuk mencari anggaran tambahan
lain tidaklah semudah membalik telapak tangan, bukan karena pengurus tidak
mempunyai upaya untuk iitu, akan tetapi karena peluang untuk mendapatkan
sponsor apalagi untuk olahraga yang tidak terlalu popular seperti catur
tidaklah mudah.
Meskipun demikian, pembinaan atlit catur Kota Malang harus tetap
berjalan. Kegagalan merupakan cambuk untuk maju dan semakin meningkatkan
prestasi, formulasi pembinaan atlit yang ideal harus tetap dicari tanpa
mengabaikan pembinaan yang telah dilakukan oleh klub dan pelatih selama ini,
sekolah catur yang memiliki metode serta kurikulum yang tertata murupakan
harapan.
Salam Satu Jiwa
Bravo Catur Kota Malang
GENS UNA SUMUS.